Abstract:
Tulisan ini mengkaji spiritualitas sosial Yesus dalam Injil Lukas melalui pendekatan metode fokalisasi, khususnya fokalisasi internal, untuk memahami pikiran dan perasaan Yesus terhadap kaum marginal, khususnya perempuan. Tesis ini berangkat dari pemahaman bahwa spiritualitas Yesus tidak terbatas pada dimensi personal dan vertikal, melainkan menyatu erat dengan kepekaan sosial dan tindakan konkret yang membebaskan dan memulihkan martabat manusia. Tiga kisah utama, yaitu Lukas 7:11–17, 7:36–50, dan 13:10–17—dikaji secara naratif dan teologis dengan menempatkan Yesus sebagai pusat fokalisasi, guna menyoroti respons batiniah-Nya terhadap penderitaan, penolakan, dan ketidakadilan sosial. Hasil kajian menunjukkan bahwa spiritualitas Yesus bersifat relasional, inklusif, dan transformatif. Ia tidak hanya mengajarkan kasih dan pengampunan, tetapi juga mewujudkannya dalam tindakan nyata yang melampaui batasan budaya, gender, dan hukum agama. Spiritualitas sosial Yesus menjadi teladan bagi orang Kristen untuk menghadirkan iman yang aktif dalam bentuk solidaritas, belas kasih, dan keberpihakan kepada mereka yang tersingkir. Metode fokalisasi terbukti efektif dalam menggali kedalaman spiritualitas Yesus yang membumi dan relevan untuk konteks sosial masa kini.